Rabu, 16 Maret 2011

Keajaiban Perasaan

Syaikh Ali Thanthawi pernah mengungkapkan bahwa manusia menjadi manusia karena perasaanya, benarkah demikian ? adakah manusia yang tidak memiliki perasaan? raganya bergerak tanpa rasa, jiwanya kosong tanpa asa, kalau seandainya ada, lalu dimanakah letak nyanyian, syair, puisi, lantunan musik, keindahan alam, orkestra cinta dan keimanan.

Rasanya sangat tidak mungkin bila ada manusia tanpa rasa, karena perasaan sebagaimana pikiran adalah bagian yang integral dari struktur kepribadian manusia, kalau pikiran adalah penghuni rumah akal kita maka perasaan adalah penghuni rumah hati kita, dua sisi yang berdampingan dalam satu struktur gaib kepribadian.

Steven Covey pernah mengungkapkan dalam buku ajaibnya “ Seven Habits Of Highly Effective People. “ bahwa kita adalah apa yang kita pikirkan, kita kerjakan berulang ulang oleh karena itu keunggulan bukanlah suatu perbuatan melainkan kebiasaan.

Hampir setiap bahasan pengembangan kepribadian jarang mengupas secara khusus tentang perasaan, padahal setiap pikiran tidak akan pernah berubah menjadi tindakan nyata tanpa terlebih dahulu singgah dan mengembara di alam perasaan, perasaan semacam wahana untuk meng authorisasi atau meng over ride setiap anak anak pikiran yang lahir dari rahim akal sebelum berubah menjadi tindakan, pikiran menyajikan berbagai bingkai gagasan dan memilihnya dalam ruang penciptaan pertama alam gaib kemudian hampir secara bersamaan perasaan menetapkan dan mengizinkan satu pilihan bingkai pikiran tersebut untuk dilahirkan menjadi tindakan dalam ruang penciptaan kedua yaitu alam nyata materi.

Mekanisme jiwa ini berjalan secara alami dan hirarkis namun pada prosesnya hampir tak memiliki jarak antara satu proses dengan proses lainnya, setiap gagasan yang berubah menjadi tindakan, kata atau tulisan diwarnai logikanya oleh pikiran dan emosinya oleh perasaan dengan kata lain tindakan, kata atau tulisan adalah duta dua warna yaitu pikiran dan perasaan.

Seorang mukmin sejati melihat pemahaman ini dalam bingkai yang benar, orang yang sangat cerdas, pintar dan berpikiran besar tidak mungkin menemukan Tuhan hanya dengan logika yunani atau rasionalitas barat saja, bukankah banyak saat ini yang benar benar  percaya kepada Tuhan tapi jauh dari kebajikan dan amal salih, bukankah hampir semua percaya akan hari akhir namun sedikit yang mempersiapkannya, di sinilah perasaan menemukan fungsi dan perannya ia mengalirkan kehendak kuat kepada raga untuk bergerak dan beramal, di sinilah pula iman bersemayam tumbuh dan mengakar di ruang hati, diantara jenak jenak perasaan.
Wallahu 'alam 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar