Rabu, 02 Maret 2011

Lelaki Akhirat


Pada abad ke 6 tanggal 20 April 571 M di daerah Jazirah Arabia tepatnya di sebuah lembah bernama  Bakkah ( Mekah ) lahirlah seorang anak lelaki yatim dengan kelahiran yang penuh cahaya dari seorang ibu bernama Aminah, ayahnya bernama Abdullah telah meninggal dunia pada usia kandungan 3 bulan, anak lelaki itu kemudian diurus oleh pamanya bernama Abu Thalib

Singkat kisah suatu ketika mereka ( paman dan anak lelaki ) pergi berdagang ke daerah Syiria sebelah utara Mekah, perjalanan anak lelaki dan pamannya beserta saudagar Arab yang lain ini menyusuri jalur minyak wangi, disebut jalur minyak wangi karena jalur ini dilalui oleh para saudagar yang berdagang hasil rempah, pala, minyak wangi dan yang berbau harum lainnya. Dalam perjalanan menuju Syiria diantara perbatasan akhir mekah ke utara tibalah mereka di Bostra, di daerah ini terdapat sebuah biara yang didalamnya hidup para Biarawan Kristen Ortodok secara turun temurun, ketika yang satu meninggal kemudian digantikan dengan anak keturunannya sampai yang saat itu hidup bernama Biarawan Bahira.

Bahira adalah biarawan yang saleh penganut monoteisme berbeda dengan bangsa Arab yang saat itu pagan, dalam biaranya Bahira banyak menemukan manuskrip kuno, ia mempelajarinya satu demi satu dan tibalah ia pada satu kesimpulan dari hasil penelitian dan pembelajarannya bahwa kelak akan hadir seorang Nabi.
Maka sejak saat itu ia selalu mencari tanda tanda kenabian, memperhatikan setiap saudagar yang melewati biaranya tak terkecuali suatu ketika rombongan saudagar yang datang dari Mekah yang tidak lain adalah rombongan saudagar ( kafilah ) Abu Thalib dan anak lelaki dari salah satu suku bangsa terbesar di Jazirah Arabia yaitu Ordo Quraisy.

Bahira melihat dengan seksama kedatangan mereka dari jauh dan segera perhatiannya tertuju pada awan yang berarak memayungi kafilah itu, ketika kafilah itu berhenti maka sang awan pun berhenti, ketika kafilah itu kembali berjalan maka sang awanpun ikut berjalan memayungi tepat diatas mereka sehingga perjalanan menjadi lebih teduh. Sesampainya di depan biara rombongan berteduh di bawah pohon rindang dan sang awan pun ikut melindungi tepat di atasnya, sehingga lebih teduh dan nyaman karena mereka berlindung tidak hanya di bawah pohon tapi juga di kolong awan.

Bagi mereka yang saat itu memiliki kepekaan spiritual akan melihat awan yang memayungi dari sudut pandang yang berbeda yaitu awan sebagai sebuah pertanda yang terjadi bukan karena kebetulan melainkan sengaja memayungi sebagai perlindungan, penghormatan dan pemuliaan.

Singkat kisah Bahira kemudian memanggil rombongan kafilah tersebut dan mempersilahkan masuk biaranya untuk menerima jamuan, Bahira menatap satu persatu wajah rombongan yang masuk kemudian dia bertanya kepada kafilah itu apakah ada yang tertinggal, ternyata anak lelaki yang berangkat bersama pamannya tertinggal dan tidak ikut masuk untuk menjaga unta unta mereka. Bahira kemudian mempersilahkan Kafilah itu untuk memanggil sang anak agar ikut bersama perjamuan, akhirnya sang anak masuk ke biara dan Bahira berdecak kagum atas cahaya yang Ia lihat pada wajah anak itu.

Selesai jamuan Bahira tidak segan segan mengajukan beberapa pertanyaan pada sang anak seputar pola hidupnya, dan aktivitas kesehariannya, Bahira bahkan meminta sang anak untuk menanggalkan jubah belakangnya dan lagi lagi ia berdecak penuh kekaguman saat ia melihat ada tanda di antara kedua punggung anak lelaki itu.

Bahira kemudian berkata pada rombongan kafilah tersebut untuk membawa sang anak pulang kembali ke Mekah dan tidak melanjutkan perjalanan. Ia khawatir anak itu mendapatkan celaka karena akan bertemu dengan orang orang Yahudi, anak itu kelak akan menjadi seorang nabi menurutnya.
Sang anak lelaki yang saat itu berusia 9 tahun sebagian ulama ahli sirah menyebutkan 12 tahun tidak lain adalah lelaki akhirat bernama Muhammad SAW bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr bersama pamannya Abu Thalib bin Abdul Muthalib.

Kelahiran yang bercahaya, awan yang memayungi, tanda di sekitar punggung, wajah yang berkilauan cahaya adalah sebuah tanda dalam manuskrip Kristen tentang kehadiran seorang Nabi, dan biarawan Bahira lah yang saat itu memiliki kepekaan secara spiritual ( keimanan ) akan kehadiran seorang nabi, kehadiran seorang lelaki akhirat yang kelak menorehkan tinta keemasan di sepanjang sejarah manusia.  
Wallahu ‘alam (Denden Deni Hendri ) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar